Faktor utama Serangan Indonesia ke atas Timor Leste

Perubahan dalam pemerintahan Portugis

Pada April 1974, Movimento das Forças Armadas (Pergerakan Angkatan Tentera, MFA) menggulingkan pemerintahan autoritarian Estado Novo di Lisbon (dipanggil "Revolusi Bunga Teluki"), dan pemerintahan yang dilantik mereka mengumumkan kesegeraan menarik diri dari jajahan mereka termasuk Angola, Mozambique dan Guinea yang banyak berlakunya peperangan oleh pejuang kemerdekaan gerila di sana sejak tahun 1960-an).[3]

Perang saudara antara União Democrática Timorense dan FRETILIN

Hasrat pihak Indonesia

Golongan nasonalis dan sayap kanan Indonesia, terutamanya agensi perisikan Kopkamtib dan unit operasi khasnya Opsus, melihat penarikan diri Portugal sebagai peluang baik untuk menganeksasi atau mengilhak Timor Timur.[4] Ketua Opsus dan penashiat dekat Suharto, Mayor Jenderal Ali Murtopo, serta anak didiknya Brigadier Jeneral Benny Murdani mengepalai operasi perisikan tentera serta meraih sokongan untuk pengilhakan oleh tentera Indonesia. Faktor-faktor dalaman di Indonesia pada tahun 1970-an tidak begitu kondusif udalam meluaskan kuasanya, terutamanya dengan skandal kewangan pengeluar petroleum Pertamina 1974-75 mewaspadakan Indonesia agar tidak merisaukan penderma dan bank asing. Oleh itu, Suharto pada awalnya tidak menyokong tindakan pengilhakan ini.[5]

Pertimbangan tersebut lama kelamaan menjadi bayang-bayang kekhawatiran Indonesia dan Barat bahwa kemenangan bagi sayap kiri Fretilin akan mengarah pada pembentukan negara komunis di perbatasan Indonesia yang dapat digunakan sebagai dasar untuk serangan oleh kekuatan yang tidak bersahabat ke Indonesia, dan potensi ancaman bagi kapal selam Barat. Itu juga diiringi oleh rasa takut bahwa Timor Timur yang merdeka dalam nusantara bisa menginspirasi sentimen separatis di provinsi lain di Indonesia. Keprihatinan ini berhasil digunakan untuk menggalang dukungan dari negara-negara Barat yang ingin menjaga hubungan baik dengan Indonesia, khususnya Amerika Serikat, yang pada saat itu sedang menyelesaikan penarikan pasukan dari Indocina.[6] Organisasi intelijen pihak awalnya mencari strategi aneksasi damai, berniat untuk menggunakan APODETI sebagai kendaraan integrasi.[7] Penguasa "Orde Baru" Indonesia direncanakan untuk menginvasi Timor Timur. Tidak ada kebebasan berekspresi di "Orde Baru" Indonesia dan dengan demikian tidak perlu terlihat untuk berkonsultasi dengan Timor Timur secara baik.[8]

Pada awal September, sebanyak dua ratus pasukan khusus tentara melancarkan serangan menurut perisik catatan AS, dan pada bulan Oktober, serangan pihak konvensional mengikuti. Suatu kejadian mengejutkan berlaku tidak lama kemudian di kota perbatasan Balibo pada tanggal 16 Oktober di mana lima orang wartawan dari Australia ditahan dan dibunuh askar-askar TNI.[9]

Rujukan

WikiPedia: Serangan Indonesia ke atas Timor Leste http://www.angkasa-online.com/09/05/militer/milite... http://www.copi.com/articles/etimorus.html http://www.highbeam.com/doc/1P1-31689348.html http://cip.cornell.edu/DPubS?service=Repository&ve... http://cip.cornell.edu/Dienst/UI/1.0/Summarize/sea... http://www2.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB62/ http://prpm.dbp.gov.my/ http://prpm.dbp.gov.my/Cari1?keyword=contoh&d=3762... http://www.converge.org.nz/pma/etjour.htm http://www.cavr-timorleste.org/en/Brief.htm